Berikut ini adalah foto lawas band The Rollies era tahun 1974 dari dokumen alm. Denny Sakrie, seorang pengamat musik Indonesia, yang juga dimuat di situs Wikipedia. Dari kiri ke kanan : Didit Maruto (terompet), Benny Likumahuwa (trombon), Oetje F. Tekol (bass), Iskandar, Jimmy Manopo (drum), Delly Joko Arifin (keyborad/ vokal), Bangun Sugito (vokal), Bonny Nurdaya (gitar).
Ini adalah foto personil asli The Rollies yang masih aktif di band hingga saat ini. Foto diambil bulan akhir bulan Desember 2017 pada saat mereka singgah ke Earspace (Pamulang, Tangerang Selatan), dalam rangka membuat video wawancara singkat untuk kegiatan Salute The Rollies. Dari kiri ke kanan : Barry Likumahuwa (produser Salute The Rollies), Jimmy Manopo, Benny Likumahuwa, Endah Widiastuti (asisten produser Salute The Rollies), TZ Iskandar, Rhesa Adityarama (asisten produser Salute The Rollies) dan Oetje F. Tekol.
Adhitia Sofyan (gitar/vokal) dan Indra Aziz (vokal) adalah kolaborasi yang sengaja dibentuk untuk Salute The Rollies memainkan lagu “Sunshine Brotherhood” karya Benny Likumahuwa. Barry memilih duo dadakan ini karena mencermati gaya musikal Adhitia Sofyan yang ‘smooth’ dan cocok untuk memainkan lagu bernafas bossanova tersebut. Yang mengagetkan adalah bagaimana Indra Aziz menyambut arasmenennya dengan menghasilkan suara perkusif dari vokalnya. Fakta yang menarik lagi adalah mereka mengaransemen hanya sekitar satu jam sebelum proses rekaman audio-visual dimulai. (foto kiri-kanan Indra Aziz, Adhitia Sofyan)
Bonita & The Hus Band, formasi lengkap sebelum kemudian Bharata (jembe) pindah ke Nias untuk menetap di sana. Bonita (vokal), Petrus Briyanto Adi, juga kerap disapa Adoy (gitar akustik), Jimmy (Saksofon) dan Bharata Eli memainkan lagu “Pahlawan Revolusi” dengan begitu menawan. Saking indahnya, lagu “Pahlawan Revolusi” versi Bonita & The Hus Band membuat Benny Likumahuwa meneteskan air mata. “Indah sekali. Mengharukan.”, ujar beliau. Benny Likumahuwa mengatakan bahwa lagu ini ditulis saat mengetahui berita para persira militer gugur dalam tragedi pada tanggal 30 September 1965 malam dan 1 Oktober 1965 dini hari. Lagu yang merekam sejarah pilu bangsa ini. (foto kiri-kanan Jimmy, Adoy, Bonita, Bharata)
Dialog Dini hari adalah trio folk-blues asal Bali beranggotakan Dadang Pranoto (gitar/vokal), Brozio Orah (bass/synth), Putu Deny Surya (drum). Mereka terbang dari Pulau Dewata menuju Pamulang untuk merekam audio-visual lagu “Burung Kecil” karya Oetje F. Tekol. “Entah kenapa ketika mendengar lagu ini sepertinya cocok sekali dibawakan oleh Dialog Dini Hari. Karakter suara dan musiknya pasti akan membawa lagu ini ke dalam bentuk yang berbeda.”, ujar Barry Likumahuwa berbinar-binar. Dan itu terbukti pada saat Dialog Dini Hari rekaman live, semua emosi dan bunyi yang dihasilkan begitu berbeda. Ada unsur modern, gagah, namun tidak melepas getir manis makna lagu “Burung Kecil”. Pada saat proses rekaman berlangsung, semua tim produksi terdiam, juga Barry Likumahuwa yang mendengarkan lewat headphone terlihat beberapa kali menyeka ujung matanya. Tak pelak lagi, ia terharu. (foto kiri-kanan Deny, Dadang, Zio)
Endah N Rhesa adalah duo suami istri dari Pamulang. Endah (gitar/vokal) dan Rhesa (bass) membawakan lagu “Setangkai Bunga” karya TZ Iskandar. “Awalnya cukup sulit untuk mengaransemen lagu ini menjadi fomat Endah N Rhesa agar tetap menarik dan tidak kehilangan esensi minornya. Bunyi flute sudah menjadi khas lagu ini. Tapi ternyata bisa juga dialihkan menjadi bunyi bass.”, papar Rhesa. Barry Likumahuwa menjatuhkan pilihannya kepada Endah N Rhesa untuk membawakan lagu ini karena ada kesan romantis, dan tentu saja ingin mendengarkan bentuk aransemen baru yang minimalis untuk dibawakan kembali oleh mereka. (foto kiri-kanan : Rhesa, Endah)
Glenn Fredly, disela kesibukannya yang luar biasa, terbang dari Ambon menuju Pamulang untuk merekam audio-visual lagu “Kemarau” karya Oetje F. Tekol di Pamulang. Glenn Fredly diiringi oleh Dimas Pradipta (drums), Barry Likumahuwa (bass), dan Dennis Talakua (gitar) tidak memerlukan waktu lama untuk merekam lagu ini karena sebelumnya sudah pernah dibawakan sehingga hanya perlu komunikasi dan mengulang kembali ingatan. “Aku kagum dengan The Rollies. Di era itu, mereka sudah membawakan lagu yang bertema lingkungan. Lirik lagu ini bagus banget.”, kesan Glenn Fredly terhadap lagu “Kemarau”.
Laid This Nite adalah band konseptual yang happening di Jakarta. Jam terbang mereka sangat padat dan hanya libur di hari Selasa. Memainkan lagu-lagu bernuansa motown, funk, dan soul, membuat Barry Likumahuwa berpikir bahwa lagu “Astuti” akan mendapatkan energi baru dan muda kembali ketika dibawakan oleh Laid This Nite. Beranggotakan Sirhan Bahasuan (drum), Simon Marantika (vokal), Beboy (vokal), Kristian Dharma (bass), Aldila Hakim (gitar) dan M Rizky (keyboards) mereka menunjukkan kematangan aransemen, groove, dan jam terbang selama proses rekaman. Luar biasa! (foto kiri-kanan : Simon, Beboy, Dila, Marko, Endah, Barry, Rhesa, Kristian, Rizky, Sirhan)
R.I.M.A merupakan band yang belum lama terbentuk. Saat rekaman album Salute The Rollies dibuat, musisi yang hadir adalah Barry Likumahuwa (bass), Ivan Saba (vokal) Ryan Valentinus (vokal), Dimas Pradipta (drum), Marthin Siahaan (keyboard), Yuan Michael Mamangkey (gitar), Harley Max (terompet) dan Iman Veldhuijzen (DJ). Bernuansa funk dan dinamis, R.I.M.A membawakan kembali lagu “Hari-hari” dengan enerjik. Mereka terlihat begitu menikmati dengan apa yang mereka mainkan. Teknik bermain dan kekompakan tidak perlu diragukan lagi. Lagu “Hari-hari” menjadi terlahir kembali. (foto kiri-kanan : Yuan, Harley Max, Marko, Ivan, Barry, Wahyu, Endah, Ryan, Rhesa, Dimas, Marthin, Rendi, Tysa, Nala).
TOR adalah band Raja Pensi tahun ’90an. Tak ada pensi Jakarta yang tidak dijajal oleh band fenomenal ini. Fenomenal karena mereka menginspirasi musisi-musisi muda yang kini menjadi profesional. Barry Likumahuwa adalah salah satu musisi yang terinspirasi oleh aksi panggung TOR. Karya-karya serta aransemennya cukup ajaib. Itulah sebabnya Barry Likumahuwa memberikan lagu “Bad News” untuk dibawakan TOR. “Mereka keren banget! Aransemennya dibuat dengan penuh kejutan! Sesuai karakter mereka yang ‘unpredictable’.”, ujar Barry. TOR digawangi oleh Warman Nasution (gitar/vokal), Abi (drum), Reymond (bass) dan Hendrik (perkusi kendang) memang selalu mengejutkan! Menghadirkan pemain saksofon pada kegiatan ini memuat band ini terdengar ‘melayani’ lagu dengan maksimal. (foto kiri-kanan : Warman, Hendrik, Reymond, Abi)